Did you know that you can navigate the posts by swiping left and right?

Metadata dan Kasus Keamanan Data Pengguna Layanan WhatsApp

18 Jan 2021 . category: IT . Comments
#Tech

Seringkali publik atau pengguna layanan WhatsApp bertanya-tanya, sebetulnya apa, sih, yang menjadi isu hangat perihal kasus pengumpulan data (data collection) oleh WhatsApp terhadap penggunanya?

Nah, secara garis besar pengumpulan data oleh WhatsApp terjadi karena pembaruan sistem yang terintegrasi langsung ke layanannya induk perusahaannya, Facebook. Setelah akuisisi WhatsApp pada tahun 2014 lalu, perlahan arus kendali kebijakan WhatsApp otomatis beralih mengikuti Facebook. Krusial tepatnya pada tahun 2016.

Hal mendasar terkait pengumpulan data, terutama terkait metadata yang persis disetujui penggunanya pada saat instalasi WhatsApp di perangkat telpon genggam (user agreements); diantaranya terkait kepemilikan akun WhatsApp dan informasi tentang perangkat yang digunakan, transaksi atau pertukaran data pengguna, informasi terkait layanannya, dan yang paling disoroti terkait informasi yang dibagikan ke sesama pengguna WhatsApp. Seluruh metadata ini akan dibagikan ke Facebook.

Data pribadi yang dibagikan ke Facebook sudah termaktub di privacy policy WhatsApp tentang apa saja yang bisa dicampuri. Kemelut dan polemik pencederaan kasus privacy policy yang dilakukan Facebook sudah seperti “lagu lama” yang diputar kali-kali. Seolah asyik membahagiakan, sebaliknya telinga siapa yang belum resah mendengarnya? Di satu sisi hebatnya kebijakan ini berlaku untuk semua pengguna WhatsApp, pengecualian teruntuk pengguna WhatsApp yang berada di wilayah Eropa.

Syair lagu lamanya berbunyi: Facebook akan mengumpulkan metadata tersebut demi keperluan tinjauan mendalam minat pribadi terhadap produk bisnis atau layanan, atau biasa disebut dengan extensive digital profiling. Kelak Facebook mampu melihat potensi pasar masing-masing pengguna WhatsApp untuk dipasangkan iklan yang paling relevan. Secara tidak langsung pun, Facebook memonetasi minat dan keperluan pengguna WhatsApp melalui metadata.

Apakah Facebook sedang berjualan atau berbisnis? Jawabannya sudah jelas, iya, mengingat Facebook merupakan salah satu perusahaan berbasis teknologi internet yang besar. Bisnis pengumpulan metadata dalam algoritma sistem sudah marak digunakan di berbagai layanan seperti Google, atau yang sudah terlebih dahulu ada dan masih berada di naungan Facebook, yaitu layanan Instagram. Tak heran pengguna Google, Facebook, dan Instagram sering mendapatkan iklan yang sesuai dengan keriteria pilihan produk dan yang sedang diminati.

Di satu sisi kenapa berita ini sangat marak adalah terkait ketentuan dan kesepakatan Facebook pada 2014, mengatakan kepada pengguna WhatsApp dan regulator di Amerika dan Eropa untuk tidak akan mencampuri layanan WhatsApp.

Secara histori Facebook telah mencederai ketentuan komitmen di undang-undang pertentangan antitrust lawsuit Amerika. Isi undang-undang regulator tersebut berupa, dalam rangka negoisasi keamanan terhadap pengguna WhatsApp setelah akuisisinya (2014), Facebook secara sadar mengikuti dan memberlakuakan ketentuan dari federasi komisi perdagangan Amerika (U.S Federal Trade Commissions), regulator Eropa, pendiri WhatsApp, serta ke pengguna WhatsApp untuk tidak mendata silang (combining) antara WhatsApp ke Facebook atau sebaliknya, untuk kemudian dijadikan target bisnis Facebook (ad-targeting business).

Nah kelihatan bohongnya, kan, sekarang? Menurut lawsuit, Facebook berupaya menghindari pemberitaan yang negatif dan seolah berlindung dari kesepakatan tersebut, kemudian pendiri WhatsApp seolah tak ingin berupaya terlibat lebih mendalam perihal kesepakatan penting ini dan seolah menyiapkan “langkah-langkah yang aman” (178/46).

Pada tahun 2014 pihak Facebook memastikan kepada komisi Eropa, bahwa penggabungan akun antarkeduanya (Facebook dan WhatsApp) sangat mustahil diterapkan mengingat adanya perbedaan cakupan basis kedua layanan tersebut. Namun seiring waktu kebijakan Facebook malah tak sesuai dengan harapan dan kesepakatan yang dibuatnya. Atas kebohongan ini pula, pada 2017 Facebook didenda sebesar 110 juta euro. Um, masih jumlah yang tak seberapa dari total penghasilan perusahaan.

Sampai di sini pertanyaan, apakah Facebook dan WhatsApp masih layak dipercaya?

Benar. Seharusnya, tidak.


Me

Hallo! Saya, Chairil Anwar dari Jakarta. Biasanya saya suka menghabiskan waktu liburan di luar dan Internet. Kalau mau ngajak makan, boleh!